Tuesday, October 7, 2008

Hukum Dasar Kemakmuran, 1

Diterjemahkan dari buku “The Dynamic laws of Prosperity” Bab 2, tulisan Catherine Ponder, terbitan DeVorss Publications. Bab 1 tidak disertakan di sini karena lebih bersifat rangkuman.

Saya mempelajari hukum dasar kemakmuran ini dengan susah payah, sudah lama saya berkeinginan untuk membagikannya kepada Anda. Beberapa puluh tahun yang lalu, rasanya hidup saya tanpa harapan, menjanda dan menghidupi seorang bayi. Saya tidak terbiasa melakukan pekerjaan apapun, dan oleh sebab itu sama sekali tidak punya penghasilan. Pada jangka waktu itu keluarga saya tidak mampu memberikan banyak bantuan keuangan. Kalau saat itu Anda melihat keadaan saya, tanpa ragu Anda akan berkata : “Dengan pikiran penuh kemakmuran maupun tidak, tetap saja keadaannya tanpa harapan.”

Dalam periode yang penuh penderitaan itulah saya belajar tentang kekuatan pikiran sebagai sebuah alat agar berhasil dan melupakan kegagalan. Segera jelas bagi saya bahwa kesalahan saya di masa lalu sebagian besar akibat dari cara saya dulu berpikir; tetapi kekuatan pikiran yang sama seperti itu, bila diarahkan dengan benar bisa menjadi kunci bagi kehidupan yang sehat, bahagia dan sukses.

Itu sungguh menyadarkan saya. Pada saat saya membaca kata-kata Solomon “Sebagaimana manusia berpikir dalam dirinya, seperti itulah dia”. Dan setelah itu kata-kata Job : “Kamu harus menyatakan sesuatu dan itu akan ditetapkan bagimu dan terang akan bersinar di jalanmu” . Dari seorang filsuf, James Allen, saya pelajari :

Melalui pikirannya, manusia memegang kunci menuju setiap situasi dan di dalam dirinya terdapat saluran yang mentransformasikan dan yang regeneratif dengan mana dia bisa menjadikan dirinya seperti yang dikehendakinya.

Kemudian dengan bergairah saya merasa pasti bahwa kekayaan, kesehatan dan kebahagiaan saya yang potensial sebenarnya berada didalam diri saya, menunggu untuk dipancarkan keluar ke dalam dunia sebagai kesehatan, kekayaan, pikiran yang riang gembira, perasaan, harapan dan ketetapan hati, yang pada gilirannya akan menarik hasil seperti itu ke dalam kehidupan saya.

Segera setelah saya memahami rahasia sukses yang sederhana tapi maha kuat ini, dan kemudian mulai menerapkannya, pasang mulai naik dan perahu saya mulai berlayar!

Jalan bagi saya segera terbuka dan diawali dengan pendidikan bisnis. Kemudian saya menjadi sekretaris seorang pengacara muda yang kemudian menjadi walikota di kota kami, calon anggota konggres dan yang kemudian mengembangkan firma hukumnya dengan mempekerjakan beberapa pengacara dan sekretaris untuk melayani sejumlah klien yang kaya. Saat jabatan saya di kantor pengacara ini cukup tinggi, saya merasa terbimbing untuk menjadi konselor sehingga saya bisa membantu sesama untuk menyadarkan dan menerapkan kunci spiritual dan mental menuju kehidupan yang sehat, bahagia dan makmur yang demikian berarti bagi saya.

Saat melihat kebelakang lagi, sekarang saya sadari bahwa baik secara sadar maupun tidak, saya telah memanfaatkan hukum dasar kemakmuran mengenai memancarkan dan menarik dalam setiap langkah perjalanan hidup saya, itu dikarenakan penggunaan hukum dasar ini secara pribadi yang sedemikian kuat saya rasakan, dan secara empatik saya yakini kalau itu akan dapat juga bekerja pada Anda bahkan dengan cara yang lebih hebat dari yang sudah saya lakukan. Sejumlah orang yang telah menghadiri ceramah saya mengenai kemakmuran telah memanfaatkannya dengan hasil yang mencengangkan.

Hukumnya Hukum

Sesungguhnya hukum yang mengatur kemakmuran sama meyakinkan dan sama bisa bekerjanya sebagaimana hukum yang mengatur matematika, musik, fisika dan ilmu pengetahuan lainnya. Kitab Suci menggambarkan hukum dasar kemamkuran ini ketika dia membahas tentang menabur dan menuai, atau memberi dan menerima. Para ilmuwan menyebutnya dengan aksi dan reaksi. Oleh yang lain diistilahkan dengan hukum supply and demand atau persediaan dan permintaan. Emerson menyebutnya dengan hukum kompensasi, di mana yang sama saling tarik menarik. Dia menyatakan bahwa hukum kompensasi adalah “Hukumnya hukum.”

Anda tidak bisa memperoleh sesuatu secara cuma-cuma

Saya setuju dengan Emerson bahwa sudah saatnya hukum kompensasi dinyatakan sebagai hukum dasar kehidupan. Saya senang memikirkan hukum dasar kemakmuran ini sebagai memancarkan dan menarik; bahwa apa yang Anda pancarkan keluar dari pikiran, perasaan, gambaran mental dan ucapan Anda, akan Anda tarik kedalam kehidupan dan kegiatan Anda, tetapi Anda tidak bisa memperoleh sesuatu dengan cuma-cuma.

Alasan mengapa sampai sekarang masih ada kemiskinan di dunia yang berlimpah ruah kemakmurannya adalah karena masih banyak orang yang belum memahami hukum dasar kehidupan ini. Mereka belum juga menyadari bahwa mereka harus memancarkan terlebih dahulu agar dapat menarik, dan bahwa apapun yang dipancarkannya itulah yang akan terus ditariknya. Saat ini kebanyakan orang masih harus belajar bahwa mereka tidak dapat memperoleh sesuatu dengan cuma-cuma, tetapi terlebih dahulu harus memberi, sebelum menerima, atau harus menabur sebelum menuai. Bila mereka tidak memberi atau menabur dalam hal kemakmuran, dan karenanya tidak ada saluran yang terbentuk yang melaluinya kekayaan, zat tak terbatas dari alam raya bisa menuangkan kekayaannya kepada mereka.

Kebenaran dari hal di atas baru saja menarik perhatian saya ketika saya melakukan kontak dengan beberapa orang di daerah yang dilanda kemiskinan. Segera saya ketahui bahwa orang-orang ini hanya mengharapkan “pemberian”, mereka tidak tertarik untuk menggunakan hukum dasar kemakmuran, dengan terlebih dahulu memberi atau menabur, melainkan, mereka berusaha memperoleh sesuatu secara gratis, yang sebenarnya tidak bisa dilakukan, sehingga mereka terus hidup dalam kemiskinan.
(bersambung)

----------

0 comments:

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template