Tuesday, October 7, 2008

Hukum Dasar Kemakmuran, 3


Pancarkan dan Anda akan tarik


Emerson mungkin sudah menjelaskan hukum memberi dan menerima atau memancarkan dan menarik ini ketika dia menulis : “Hati yang lapang terus menerus memancarkan kekuatan tersembunyi yang tak putus-putusnya menarik peristiwa besar.” Dan siapakah yang berhati lapang itu? Mereka yang berani berpikir dan memancarkan pikiran-pikiran besar dan harapan-harapan untuk sukses dan makmur, bukannya kegagalan, masalah dan keterbatasan. Tidak ada sesuatu yang besar, luar biasa, atau yang patut dipuji mengenai kegagalan, permasalahan dan keterbatasan. Semua orang bisa mengalami hal itu dengan mengikuti barisan orang yang tidak mau menolak dan yang terus melayani pikiran mengenai kegagalan, seperti yang biasa kita dengar sepanjang waktu.

Berapa sering seseorang mengeluh: “Semuanya menimpa saja, saya tidak dapat mengatasi kegagalan. Ini adalah dunia yang keras, orang lain yang selalu mendapat kesempatan.” Pembukaan pembicaraan seperti ini biasanya menuju ke pembicaraan yang penuh dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, mengeluhkan pekerjaan, rekan kerja, keluarga, pemerintah, pemimpin dunia, perang, kriminalitas, penyakit dan kesulitan, kesulitan, dan kesulitan.

Kita masing-masing terus menerus menggunakan hukum memancarkan dan menarik, baik itu kita sadari maupun tidak. Tetapi kalau Anda mengharapkan menerima lebih banyak kemakmuran dan keberhasilan dalam hidup Anda, Anda harus dengan sadar, dengan tegas dan dengan seksama menjaga pikiran dan perasaan Anda dan kembali mengarahkannya pada kemakmuran dan keberhasilan. Terserah kepada Anda, beranikah Anda memilih dan memancarkan apa yang benar-benar ingin Anda alami dalam hidup ini, dari pada terus tinggal dalam kehidupan yang tidak nyaman dan penuh dengan kegagalan. Kondisi seperti ini dapat berubah secepat Anda mampu merubah cara pikir Anda.

Seorang teman di perusahaan hubungan masyarakat belakangan ini memanfaatkan hukum memancarkan dan menarik ini dengan berhasil. Sudah sejak lama dia berharap memperoleh pelanggan dari luar negeri dan telah melakukan semua upaya fisik yang diperlukan untuk mendapatkannya. Akhirnya, dia memutuskan untuk secara pasti menanggapinya dan secara mental memancarkan keinginan akan pelanggan baru itu dengan kuat, dengan tegas dan dengan seksama, merasa pasti bahwa tidak lama lagi dia akan memperoleh pelanggan itu atau bahkan yang lebih besar lagi.

Dia duduk dan dengan tenang berpikir tentang pelanggan itu seolah-olah dia sudah menanganinya. Dalam pikirannya dia terus membayangkan pelanggan itu dan memikirkan semua upaya yang dia lakukan untuk melayani dan menangani hubungan masyarakatnya.

Dia terus membayangkan pelanggan itu, juga orang-orang yang terlibat dalam jangka panjang di situ secara rinci. Dan secara terus-menerus dia menyatakan : “Saya tidak berkecil hati, saya tekun, saya terus maju. Dengan teguh saya mencapai sukses dengan cara Tuhan yang indah bagiku.” Ketika sebuah rasa damai datang padanya, dia menghentikan proses itu dari pikirannya.

Beberapa minggu kemudian dia mengikuti sebuah konvensi di mana sejumlah pelanggannya terlibat. Ketika sedang berenang dengan beberapa orang di antaranya di kolam renang hotel, dia berjumpa dengan orang yang sudah selama berbulan-bulan dia coba untuk temui, dia orang yang bertanggung jawab atas pekerjaan itu. Di kolam renang itulah mereka bernegosiasi! Ketika dengan penuh kegembiraan dia menceritakan hal itu kepada saya, dia menyatakan: “Tidak diragukan lagi bahwa hukum kemakmuran tentang memancarkan dan menariklah yang membawakan hasil yang menyenangkan ini.”

Setelah mengamati pembicaraan saya dengan ratusan orang sudah terhindar dari kegagalan menuju sukses, bahwa yang benar-benar kita pikirkan secara mendalam sepanjang waktu itulah, dan bukannya “kuda-kuda” yang kita pasang dihadapan orang lain, yang secara sadar menarik hal yang sama kepada kita. Ada peribahasa lama yang mengatakan, “Kita berada ditempat sekarang ini karena kita adalah seperti diri kita, kita seperti diri kita karena kebiasaan berpikir kita.”

Banyak orang yang bekerja keras untuk memperoleh lebih banyak harta dengan cara-cara yang dangkal tanpa lebih dahulu membiasakan diri memancarkan hal yang diinginkan secara mental, dan kemudian mereka sangat kecewa bila hasil dari upaya kerasnya adalah kegagalan dan kekecewaan. Suatu ketika, saya berbicara dengan seorang ibu yang berpikir bahwa sebaiknya dia menikah, saya sarankan agar dia menggunakan hukum memancarkan dan menarik. Setelah saya jelaskan bahwa dia harus terlebih dahulu memancarkan sebelum dia bisa menarik, saya sarankan agar dengan khusuk dia memancarkan gagasan itu terus menerus : “Cinta Ilahi yang tercermin melalui diriku sekarang menarik kepadaku semua yang dibutuhkan untuk membuat aku bahagia dan membuat kehidupanku lengkap.”

Tidak lama kemudian saya mulai menerima laporan dari teman-teman bahwa dia sedang bekerja keras dari sisi “menarik”, tetapi tidak memancarkan apapun selain menelpon dan mengundang semua pria kenalannya. Belakangan dia kembali dan melaporkan bahwa afirmasi yang saya sarankan tidak bekerja dengan baik. Dengan lembut saya ingatkan dia bahwa dia tidak memancarkan “metoda afirmasi” yang saya sarankan, tetapi malahan memancarkan “metoda menakut-nakuti” yang tidak saya anjurkan. Metodanya bekerja sebaliknya, karena dia membalik prosesnya.

Seorang janda setengah baya lainnya juga mencoba metoda memancarkan dan menarik untuk tujuan yang sama. Sambil mengapung di kolam renang, dalam hati dia terus mengucapkan afirmasi berikut: “Cinta Ilahi yang tercermin melalui diriku sekarang menarik kepadaku semua yang dibutuhkan untuk membuat aku bahagia dan membuat kehidupanku menjadi lengkap.” Kemudian dia mendengar seorang pria menyapanya dari tepi kolam, menanyakan tentang air kolam, yang langsung dijawabnya bahwa suhu airnya menyenangkan. tak lama kemudian pria tadi masuk ke dalam kolam dan beberapa waktu kemudian masuk kedalam kehidupan wanita tadi sebagai suaminya.

0 comments:

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template